Singkil,
26 April 2025 – 42 kepala keluarga dari Desa Sanggaberru Silulusan
hanya berjuang untuk bertahan hidup dengan menggarap tanah terlantar,
namun mereka kini menjadi korban tuduhan jahat yang tak berdasar.
Tuduhan bahwa mereka berkonspirasi dengan aparat penegak hukum adalah
fitnah yang dirancang untuk menghancurkan harapan mereka.
Apa yang mereka lakukan? Hanya menggarap tanah semak yang terlantar,
yang selama puluhan tahun tak berguna, untuk ketahanan pangan keluarga
mereka. Namun, kini mereka menjadi sasaran tuduhan licik, seolah-olah
mereka terlibat dalam suatu konspirasi besar yang tidak pernah ada.
Mereka yang tidak memiliki apa-apa, hanya berusaha bertahan hidup, kini
terpojok dengan ancaman dan tuduhan tanpa bukti yang jelas.
Namun, ini lebih dari sekadar soal tanah. Pertanyaannya, apakah serangan
terhadap mereka ini hanya bagian dari strategi untuk mengalihkan
perhatian dari kepentingan lain yang lebih besar? Ada dugaan kuat bahwa
pihak-pihak tertentu merasa terancam oleh keberanian mereka untuk
menggarap tanah yang selama ini dibiarkan terlantar.
Tanah yang selama puluhan tahun tak terjamah, tiba-tiba menjadi objek
sengketa yang tajam. Mengapa? Karena ada pihak yang tak rela melihat
tanah ini dikelola oleh orang-orang miskin yang hanya berjuang untuk
hidup. Mereka yang berjuang untuk bertahan hidup, justru dihantam dengan
tuduhan tanpa dasar yang bisa menghancurkan kehidupan mereka.
Pihak-pihak yang menuduh 42 keluarga ini harus menjawab—kenapa mereka
yang berusaha menghidupkan tanah terlantar harus jadi sasaran tuduhan
tanpa dasar? Mereka yang sebenarnya harus bertanggung jawab atas
ketidakadilan ini, malah bebas dari sorotan. Siapa yang merasa terganggu
dengan langkah berani orang-orang miskin ini, dan mengapa mereka begitu
tak terjangkau oleh hukum?
Ini bukan hanya soal tanah. Ini adalah soal keadilan yang harus
ditegakkan. Rakyat kecil harus tahu siapa yang menyalahgunakan kekuasaan
demi kepentingan pribadi mereka. Jika hukum tidak berjalan dengan adil,
maka siapa yang akan melindungi mereka yang teraniaya?
Dari Kabupaten Aceh Singkil, Muhammad S melaporkan.